Hukum karma maksudnya ialah balasan kontan akibat apa yang kita
lakukan. Jika kita berbuat baik pada orang lain, akan mendapat balasan
diperlakukan baik oleh orang. Bila kita berbuat buruk di dunia akan
mendapat pengalaman buruk serupa di dunia. Dengan kata lain hukum karma
adalah hukum timbal balik dan aksi reaksi. Adakah hal ini dalam Islam?
Istilah karma aslinya memang berasal dari bahasa sansekerta yang
artinya “perbuatan”. Hasil yang diperoleh dari perbuatan disebut
karmaphala sedangkan akibat yang ditimbulkan dari perbuatan disebut
karma vipaka. Istilah ini berasal dari agama Hindu dan Budha. Karena
istilah ini berasal dari agama lain, biasanya serta merta kita akan
langsung mengatakan bahwa hal ini tidak terdapat dalam Islam.
Dari sisi istilah tentu saja tidak akan kita jumpai dalam khazanah
Islam. Namun dari sisi konsep filsafat kehidupan, ada bagian-bagian
tertentu dari hukum karma yang Islam sepakat hal itu ada. Namun
hati-hati juga, tidak semua konsep karma selaras dengan aqidah Islam.
Islam Tidak Meyakini Adanya Reinkarnasi
Untuk menjawab apakah dalam Islam ada hukum karma, kita harus
hati-hati memilah-milah hukum karma yang bagaimana dulu? Karena konsep
karma dalam Hindu-Budha sangat luas tidak sekadar hukum timbal balik
seperti yang dibicarakan orang.
Dalam konsep Hindu-Budha, kehidupan saat ini (prarabdha karmaphala)
adalah akibat dari akumulasi (kumpulan) perbuatan di masa lalu (disebut
sanchita karmaphala). Demikian pula perbuatan pada saat ini, akan
menentukan pula kelahiran kembali (reinkarnasi) pada masa yang akan
datang (disebut kriyamana karmaphala).
Dari sini kita tahu, istilah “masa lalu” dan “masa yang akan datang”
pada konsep Hindu Budha dikaitkan dengan konsep reinkarnasi, yaitu
keyakinan bahwa setelah mati akan dibangkitkan dalam kehidupan
berikutnya. Jika perbuatan pada kehidupan sebelumnya membuatnya belum
memenuhi syarat untuk terbebas dari dunia (moksa) sehingga diterima
masuk nirvana (surga), maka setelah mati, ia akan dilahirkan kembali
pada kehidupan yang lain. Jika sanchita karmaphala (tabungan perbuatan
di masa lalu) nya buruk, ia akan dilahirkan kembali sebagai manusia
yang cacat, buruk wajah, miskin menderita, atau bisa dilahirkan sebagai
binatang atau raksasa (jin). Semakin buruk perbuatannya di kehidupan
yang lalu, akan semakin buruk pula wujudnya pada kehidupan yang akan
datang. Aqidah Hindu Budha meyakini binatang-binatang yang rendah dan
menjijikkan berasal dari neraka. Sedangkan binatang yang baik berasal
dari surga (Nirvana). Jelas konsep ini, tidak sesuai dengan aqidah Islam
karena Islam tidak meyakini adanya reinkarnasi.
Islam Sepakah Bahwa Setiap Perbuatan Ada Balasannya
Adapun dalam Islam, konsep karma vipaka (akibat dari perbuatan) itu
ada juga. Dalam ajaran aqidah Islam, semua perbuatan walaupun seberat
dzarah (atom) pun akan mendapat balasan.
Barangsiapa yang mengerjakan kebaikan seberat dzarrahpun, niscaya
dia akan melihat (balasan)nya, Dan barangsiapa yang mengerjakan
kejahatan sebesar dzarrahpun, niscaya dia akan melihat (balasan)nya pula
(Q.S. Al-Zalzalah [99] :7-8)
Barangsiapa yang mengerjakan amal yang saleh maka (pahalanya)
untuk dirinya sendiri dan barangsiapa mengerjakan perbuatan jahat, maka
(dosanya) untuk dirinya sendiri (Q.S. Al-Fushilat [41] :46)
Jika hukum karma yang dimaksud adalah bahwa setiap perbuatan pasti
ada balasannya seimbang dengan kualitas baik atau buruknya perbuatan
itu, maka YA, dalam Islam ada juga keyakinan mengenai hal itu.
Dari Sahal bin Sa’ad r.a.,ia berkata, “Malaikat Jibril a.s. datang kepada Nabi s.a.w. lalu berkata
,
‘Wahai Muhammad, hiduplah sebebas-bebasnya, namun kamu pasti akan mati.
Berbuatlah semaumu, namun pasti kamu akan dapat balasan. Cintailah
orang yang engkau mau, namun pasti kamu akan berpisah.. (H.R. Tirmidzi)
Setiap Perbuatan Kadang Dibalas Di Dunia Kadang Dibalas Di Akhirat
Secara umum dalam konsep aqidah Islam perbuatan manusia di dunia akan
mendapat balasan di akhirt. Namun kadang kala sebagian dari balasan itu
terjadi di dunia dan sebagian terjadi di akhirat.
“Dan apa saja musibah yang menimpa kamu maka adalah disebabkan
oleh perbuatan tanganmu sendiri dan Allah memaafkan sebagian besar (dari
kesalahan-kesalahanmu) Dan kamu tidak dapat melepaskan diri (dari azab Allah) di muka bumi” (Q.S. Asy-Syuura [42] :30-31)
Sebagaimana pepatah : “siapa menebar angin ia akan menuai badai’.
Maka musibah di dunia seperti banjir, longsor, global warming, efek
rumah kaca, menipisnya lapisan ozone, adalah akibat dari kerusakan yang
dibuat oleh tangan manusia.
Dan orang-orang yang kafir senantiasa ditimpa bencana disebabkan
perbuatan mereka sendiri atau bencana itu terjadi dekat tempat kediaman
mereka, sehingga datanglah janji Allah. (Q.S. Ar-Ra’d [13] :31)
Sebagian dari perbuatan zholim dan kekafiran itu juga akan dibalas
oleh Allah di dunia. Sebagai contoh diancam oleh Allah bahwa barang
siapa melakukan ekonomi riba, maka ia akan hidup dalam keadaan mabuk
kepayang dan hilang keberkahan.
Orang-orang yang makan (mengambil) riba tidak dapat berdiri
melainkan seperti berdirinya orang yang kemasukan syaitan lantaran
(tekanan) penyakit gila. Keadaan mereka yang demikian itu, adalah
disebabkan mereka berkata (berpendapat), sesungguhnya jual beli itu sama
dengan riba, padahal Allah telah menghalalkan jual beli dan
mengharamkan riba (Q.S. Al-Baqarah [2] :275)
Jelas bahwa efek buruk (hidup seperti orang gila) akibat dari riba
yang disebutkan pada ayat di atas terjadi di dunia dan bukan di akhirat.
Adapun balasan hukuman di akhirat berbeda lagi. Balasan di akhirat
tetap akan ada walaupun sebagian dari siksa itu dirasakan di dunia.
Orang yang kembali (mengambil riba), maka orang itu adalah penghuni-penghuni neraka; mereka kekal di dalamnya (Q.S. Al-Baqarah [2] :275)
Barang Siapa Membuat Kesusahan Akan Mendapat Kesusahan
Sebagian dari konsep timbal balik, take and give, dijelaskan oleh Islam dalam contoh praktis kehidupan sehari-hari.
Telah menceritakan kepada kami Muhammad bin Rumh berkata, telah
memberitakan kepada kami Al Laits bin Sa’d dari Yahya bin Sa’id dari
Muhammad bin Yahya bin Habban dari Lulu’ah dari Abu Shirmah dari
Rasulullah s.a.w, beliau bersabda: “
Barangsiapa berbuat kemadlaratan
maka Allah akan memberinya madlarat, dan barangsiapa membuat kesusahan
pada orang lain maka Allah memberinya kesusahan.” (H.R. Ibnu Majah No. 2333)
Nashiruddin Al-Albani mengatakan hadits di atas hasan.
Dari Abu Shirmah
r.a. bahwa Rasulullah
s.a.w. bersabda:
“Barangsiapa
menyengsarakan seorang muslim, Allah akan menyengsarakan dirinya dan
barangsiapa menyusahkan seorang muslim, Allah akan menimpakan kesusahan
kepadanya.” (H.R. Abu Dawud dan Tirmidzi) Menurut Tirmidzi hadits ini hasan shahih.
Dari Abu Hurairah r.a.bahwa Rasulullah
s.a.w. bersabda: “
Barangsiapa
melepaskan kesusahan seorang muslim dari kesusahan dunia, Allah akan
melepaskan kesusahannya pada hari kiamat; barangsiapa memudahkan seorang
yang mendapat kesusahan, Allah akan memudahkan urusannya di dunia dan
akhirat; dan barangsiapa menurutpi (aib) seorang muslim, Allah akan
menutupi (aibnya) di dunia dan Akhirat; dan Allah selalu akan menolong
hambanya selama ia menolong saudaranya.” (H.R. Muslim)
Dari Ibnu Umar r.a. Rasulullah s.a.w. bersabda :
Barang siapa yang membantu keperluan saudaranya, maka Allah akan memenuhi keperluannya. (H.R. Muslim No.4677)
Barangsiapa mengintai-ngintai (menyelidiki) keburukan saudaranya
semuslim maka Allah akan mengintai-intai keburukannya. Barangsiapa
diintai keburukannya oleh Allah maka Allah akan mengungkitnya
(membongkarnya) walaupun dia melakukan itu di dalam (tengah-tengah) rumahnya. (H.R. Ahmad)
Barang Siapa berbuat Zina Akan Mendapat Kesusahan
Kadangkala perbuatan buruk di dunia akan mendapatkan balasan langsung
di dunia pula. Diantaranya adalah perbuatan zina yang kita lakukan akan
berbuah pada musibah dan kemiskinan. Dalam sebuah hadits dikatakan :
“
Perbuatan dosa mengakibatkan sial terhadap orang yang bukan
pelakunya. Kalau dia mencelanya maka bisa terkena ujian (cobaan). Kalau
menggunjingnya dia berdosa dan kalau dia menyetujuinya maka seolah-olah
dia ikut melakukannya” (H.R. Ad-Dailami)
Seseorang bisa disempitkan rezekinya, mengalami kebangkrutan usaha
atau miskin karena dosa dosa yang dilakukannya. Jika terjadi seperti ini
berarti Allah masih menyayanginya karena ia dijewer agar tidak lupa
diri dan kembali ke jalan yang benar.
Khusus Perbuatan Pada Orang Tua Dibalas Kontan Di Dunia
Jika perbuatan baik atau buruk lainnya umumnya dibalas nanti di
akhirat dan kadang kala jika Allah menghendaki kebaikan bagi orang tsb
akan dibalasnya di dunia, namun khusus untuk perbuatan baik atau buruk
kepada orang tua akan dibalas langsung di dunia (dan juga tidak
menghilangkan balasan di akhirat).
Tiga macam do’a dikabulkan tanpa diragukan lagi, yaitu doa orang
yang dizalimi, doa kedua orang tua, dan do’a seorang musafir (yang
berpergian untuk maksud dan tujuan baik). (H.R. Ahmad dan Abu Dawud)
Apabila orang tua sakit hati atau sedih akibat perbuatan anaknnya,
bisa jadi ia akan mendoakan keburukan atau mengutuki anaknya, maka jika
Allah mengabulkan doa itu, akan sulitlah hidup anaknya di dunia. Segala
urusan menjadi gagal, rezeki sempit dan perdagangan kurang beruntung.
Dari Anas bin Malik r.a. :
Dua peruntukan dosa yg Allah cepatkan adzab (siksanya) di dunia yaitu beruntuk zhalim dan al’uquq (durhaka kepada orang tua)” (H.R. Hakim 4/177)
Dari Anas bin Malik ra., ia berkata: Aku pernah mendengar Rasulullah saw. bersabda:
Barang
siapa yang merasa senang bila dimudahkan rezekinya dan dipanjangkan
usianya, maka hendaklah dia menyambung hubungan kekeluargaan
(silaturahmi). (H.R. Muslim No.4638)
Lihatlah bagaimana perbuatan baik menyambung silaturahmi di dunia
ternyata bisa langsung dibalas mendapatkan rezeki di dunia. Ini adalah
salah satu dari contoh hukum timbal balik (hukum karma) bagaimana
perbuatan baik akan berakibat pada diperolehnya kebaikan di dunia.
Perbuatan Pada Alam Bisa Dibalas Kontan Di Dunia Atau Di Akhirat
Dalam Islam, akibat dari perbuatan buruk manusia tidak hanya kepada
manusianya sendiri melainkan juga berdampak pada lingkungan sekitarnya
dan alam. Akibat perlakuan yang semena-mena pada alam, maka alam akan
rusak. Dan alam yang rusak ini akan berdampak buruk kembali kepada
manusia. Sebaliknya jika manusia memperlakukan alam ini dengan baik dan
bijak, maka alam akan terpelihara baik. Sehingga kondisi alam yang baik
ini pada gilirannya akan membuat manusia hidup nyaman dan sehat.
Telah nampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena
perbuatan tangan manusia, supaya Allah merasakan kepada mereka
sebahagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan
yang benar). (Q.S. Ar-Ruum [30] : 41)
Sebagai contoh, jika kita membuang sampah sembarangan ke sungai maka
sungai akan rusak dan tersumbat tumpukan sampah. Maka ketika hujan
datang, sungai tidak mampu mengalirkan air sehingga terjadilah banjir.
Maka manusia akan ditimpa musibah dan kesusahan akibat banjir. Dari sisi
ini, hukum karma berlaku bahwa kerusakan alam itu adalah balasan kontan
di dunia akibat dari perbuatan buruk manusia kepada alam. Dan dalam hal
ini Islam sepakat mengenai hal ini.
Namun Islam menyatakan bahwa perbuatan buruk pada alam, disamping
kontan dibalas di dunia (berupa alam yang rusak, binatang punah dll),
kadang kala tidak berakibat buruk di dunia namun mendapat hukuman di
akhirat. Misalnya menyiksa binatang dengan mengurungnya dan tidak
memberi makan hingga mati, maka di dunia dia tidak mengalami apa-apa
(kecuali mungkin dimarahi orang mungkin juga tidak) namun di akhirat
kelak akan diminta pertanggungjawaban atas perbuatannya itu.
Seorang wanita masuk neraka karena mengikat seekor kucing tanpa
memberinya makanan atau melepaskannya mencari makan dari serangga tanah. (H.R. Bukhari)
Dan Islam melarang menyiksa binatang secara langsung maupun tidak
langsung seperti mengadu binatang (termasuk mengadu ayam, adu kambing,
adu jangkrik, adu ikan cupang dll)
Nabi s.a.w. melarang mengadu domba antara hewan-hewan ternak. (HR. Abu Dawud)
Allah melaknat orang yang menyiksa hewan dan memperlakukannya dengan sadis. (H.R. Bukhari)
Telah menceritakan kepada kami Harun bin Ma’ruf berkata; Telah
menceritakan kepada kami Ibnu Wahab berkata; Telah mengkabarkan kepdaku
Amru bahwa Abu Bakar bin Sawadah bercerita; bahwa Yazid bin Abi Yazid
bercerita kepadanya; dari Ubaid bin Umair dari Aisyah, istri Nabi
Shallallahu’alaihiwasallam bahwasanya ada seorang lelaki yang membaca
ayat ini: ‘barang siapa yang berbuat jelek maka ia akan mendapatkan
balasan karenanya’ lelaki tersebut berkata; Sesunguhnya kita akan
dibalas dengan setiap amal kita, kalau begitu kita akan celaka. Lalu hal
tersebut sampai kepada Rasulullah Shallallahu’alaihiwasallam, maka
beliau bersabda: “Benar, orang-orang mukmin amal jeleknya akan dibalasa
di dunia dengan musibah yang menimpa jasadnya dan membuat dirinya
sakit.” (H.R. Ahmad No. 23232)
Jika Meninggalkan Jihad dan Amar Ma’ruf dan Nahi Munkar Akan Mendapat Balasan di Dunia
Sebagian dari perbuatan buruk itu ada yang bersifat kolektif dan
balasannya pun kolektif. Hal semacam ini adalah menyangkut mendiamkan
keburukan dan kezhaliman. Karena kewajiban seorang muslim adalah menjadi
umat yang selalu tegak memperingatkan manusia akan bahaya kezhaliman.
Berbeda dengan umat terdahulu dimana para pemuka agama dan
pendetanyapun mendiamkan kezhaliman sehingga mereka ditimpa kesesatan,
maka Allah menghendaki umat ini menjadi umat pertangahan dan saksi atas
perbuatan manusia, Sehingga umat Islam selalu diminta untuk melakukan
amar ma’ruf (mengajak kepada yang ma’ruf) dan nahi mungkar (mencegah
pada kemungkaran).
Salah satu bentuk dari nahi mungkar itu bilamana perlu adalah dengan
tangan dan jihad. Jika umat Islam telah mencintai kehidupan dunia dan
takut mati, sehingga meninggalkan jihad maka balasan karma nya akan
diterima di dunia berupa kehinaan dan dicabutnya rasa takut musuh-musuh
Islam, sehingga Allah takdirkan musuh-musuh Islam menguasai dan
mencabik-cabik umat Islam.
Suatu kaum yang meninggalkan perjuangan akan Allah timpakan kepada mereka azab. (HR. Ath-Thabrani)
Ada situasi Dimana Seolah Hukum Timbal Balik Tidak Berlaku
Berbeda dengan hukum karma yang menyiratkan bahwa yang namanya
“hukum” itu pasti berlaku dan rumus timbal balik itu pasti terjadi.
Sedangkan dalam pandangan Islam, kadang kala, sebuah perbuatan baik
belum tentu mendapat balasannya berupa perbuatan baik pula. Bahkan
kadang kita berbuat baik malah mendapat kesusahan. Sebaliknya orang yang
berbuat jahat malah mendapatkan limpahan kebaikan dari manusia.
Situasi-situasi dimana hukum timbal balik seolah tidak terjadi adalah sebagai berikut :
1. Situasi Istidraj
Situasi istidraj ialah Allah menunda dan mengulur waktu berlakunya
adzab di dunia, bahkan mungkin sama sekali tidak mendapat adzab di
dunia. Tidak hanya itu, semakin bertambah kezhalimannya semakin
bertambah kemaksiatannya malah semakin ditambah pula kesenangan nya di
dunia, justru semakin dibukakan kesuksesan dan kenikmatan di dunia.
“
Dan orang-orang yang mendustakan ayat kami, maka kami akan
menarik mereka (sanastadri-juhum), secara berangsur angsur (ke arah
kebinasaan) dengan cara yang mereka tidak ketahui” (Q.S. Al-A’raaf [7] : 182)
Add-Dhohhak’ berkata bahwa “Setiap kali mereka
menambah/membuat/membaharui maksiat yg baru maka setiap itu lah Allah
membaharui / menambah / membuat nikmat ke atas mereka”.
Abu Musa ra., ia berkata: Rasulullah saw. bersabda: Sesungguhnya
Allah Yang Maha Mulia lagi Maha Agung akan mengulur-ulur waktu bagi
orang yang zalim. Tetapi ketika Allah akan menyiksanya, maka Dia tidak
akan melepaskannya. Kemudian beliau membaca firman Allah: Dan begitulah
azab Tuhanmu, apabila Dia mengazab penduduk negeri-negeri yang berbuat
zalim. Sesungguhnya azab-Nya itu adalah sangat pedih lagi keras. (H.R.
Muslim No.4680)
Maka dalam situasi seperti ini seolah-oleh hukum timbal balik itu
tidak berlaku. Orang jahat kok malah semakin berjaya dan sukses. Padahal
bukanlah hukum ini tidak berlalu melainkan balasan atas kejahatan
mereka ditunda dan dibalas nanti di akhirat. Orang akan berkata kok
enak? Sesungguhnya adzab di neraka itu jauh lebih pedih daripada di
dunia.
Maka apakah orang-orang yang dilemparkan ke dalam neraka lebih baik,
ataukah orang-orang yang datang dengan aman sentosa pada hari Kiamat?
Perbuatlah apa yang kamu kehendaki; Sesungguhnya Dia Maha Melihat apa
yang kamu kerjakan. (Q.S. Fushilat [41] : 40)
Katakanlah: “Api neraka jahannam itu lebih sangat panas(nya)” jika mereka mengetahui (Q.S. At-Taubah [9] : 81)
2. Amal Kebaikan Untuk Menambal Perbuatan Buruk di Masa Lalu
Ada situasi lain dimana hukum timbal balik ini seolah-olah tidak
berlaku. Yaitu ketika kita berbuat baik namun perbuatan baik ini tidak
mendatangkan balasan kebaikan apa-apa. Karena amal kebaikan ini
dihabiskan untuk menambal nilai minus akibat perbuatan buruk di masa
lalu.
Sesungguhnya perbuatan-perbuatan yang baik itu menghapuskan (dosa) perbuatan-perbuatan yang buruk (Q.S. Huud [11] : 114)
Jadi sebenarnya bukannya timbal balik tidak terjadi melainkan timbal
baliknya tidak berupa peristiwa atau kejadian melainkan berupa pahala
plus yang menutupi dosa minus. Tentu ini bukannya rugi atau tidak
mengenakkan, justru ini termasuk balasan yang besar. Dan ini termasuk
katagori balasan di akhirat. Karena pada yaumul hisab nanti (hari
ditimbangnya amal baik dan buruk) nilai amal baik kita akan lebih berat
dari amal buruk. Dan sebagai timbal baliknya adalah surga.
Dan sungguh kampung akhirat itu lebih baik bagi orang-orang yang bertaqwa. Maka tidakkah kamu memahaminya? berbakti (Q.S. Al-An’aam [6] : 32)
3. Allah Menghendaki Terhindar Dari Dunia
Terkadang pula kita jumpai orang-orang yang seumur hidupnya berbuat
baik dan beramal sholeh, namun miskin terus menerus. Situasi ini
seolah-oleh menunjukkan hukum timbal balik tidak berlaku. Padahal bisa
jadi Allah justru teramat sayang pada dia sehingga menghindarkan dia
dari dunia karena Allah tahu jika dibukakan dunia dan segala
kenikmatannya orang ini akan tidak kuat dan bisa menjadi lalai.
Sesungguhnya Allah melindungi hambaNya yang mukmin dari godaan
dunia dan Allah juga menyayanginya sebagaimana kamu melindungi orangmu
yang sakit dan mencegahnya dari makanan serta minuman yang kamu takuti
akan mengganggu kesehatannya. (H.R. Al-Hakim dan Ahmad)
Dalam situasi ini pun seolah hukum timbal balik tidak berlaku. Sudah
beramal sebanyak-banyaknya dan sudah berdoa tanpa putus asa namun tetap
saja nasib tidak berubah. Maka jangan lah menganggap semua amal dan doa
itu sia-sia tanpa balasan, melainkan sesungguhnya yang terjadi adalah
balasan itu dikumpulkan nanti di akhirat.
Dan apa yang di sisi Allah adalah lebih baik bagi orang-orang yang berbakti (Q.S. Ali Imran [3] : 198)
Kesenangan di dunia ini hanya sebentar dan akhirat itu lebih baik untuk orang-orang yang bertakwa (Q.S. An Nisaa’ [4] : 77)
4. Di Dunia Sebagai Ujian Sedangkan Balasannya di Akhirat
Kamu sungguh-sungguh akan diuji terhadap hartamu dan dirimu. Dan
(juga) kamu sungguh-sungguh akan mendengar dari orang-orang yang diberi
kitab sebelum kamu dan dari orang-orang yang mempersekutukan Allah,
gangguan yang banyak yang menyakitkan hati. (Q.S. Ali Imran [3] : 186)
Dengan ujian ini Allah menyisihkan orang yang munafik dari orang yang
beriman, emas sepuhan dari emas murni dan loyang dari besi.
“Allah Sekali-kali tidak akan membiarkan orang-orang yang beriman
dalam keadaan kamu sekarang ini, hingga Dia menyisihkan yang buruk
(munafik) dengan yang baik (mu’min)…” (Q.S. Ali Imran [3] : 179)
Dan sesungguhnya kami telah menguji orang-orang yang sebelum
mereka, maka sesungguhnya Allah mengetahui orang-orang yang benar dan
sesungguhnya Dia mengetahui orang-orang yang dusta (Q.S. Al-Ankabut [29] : 3)
Maka kasus seperti ini juga bukan tidak dibalas atau tidak berlaku
hukum timbal balik. Sesungguhnya ini termasuk situasi dimana perbuatan
baik itu dibalas di akhirat nanti. Dan ini bukan sebuah kerugian karena
selama di dunia selalu mendapat ujian, melainkan balasan di akhirat itu
lebih baik dan lebih kekal sehingga tidak ada bandingannya jika
dibandingkan dengan kenikmatan di dunia.
Dan sesungguhnya pahala di akhirat itu lebih baik, bagi orang-orang yang beriman dan selalu bertakwa (Q.S. Yusuf [12] : 57)
Dalam Islam Hukum Timbal Balik Tidak Selalu Seimbang
Berbeda dengan hukum karma dalam Hindu Budha, di dalam aqidah Islam
dikatakan bahwa perbuatan baik akan mendapat balasan berkali lipat
sedangkan perbuatan jahat akan mendapat balasan seimbang dengan
kejahatannya.
Barangsiapa membawa amal yang baik, maka baginya sepuluh kali
lipat amalnya; dan barangsiapa yang membawa perbuatan jahat maka dia
tidak diberi pembalasan melainkan seimbang dengan kejahatannya (Q.S. Al-An’aam [6] :160)
Kesimpulan
Dari uraian di atas dapat kita simpulkan bahwa dalam aqidah Islam uga
terdapat keyakinan bahwa setiap perbuatan pasti ada balasannya, jika
ini diartikan sebagai hukum karma maka hal ini juga terdapat dalam
Islam.
Jika hukum karma itu bermakna perbuatan baik pada orang lain akan
mendapat balasan yaitu orang lain pun akan berbuat baik pula pada kita,
Islam bisa setuju bisa tidak. Karena timbal balik ini bisa terjadi bisa
juga tidak. Balasan itu kadang terjadi di dunia kadang terjadi di
akhirat. Beberapa hal balasannya kontan di dunia sedangkan hal lainnya
sebagian dibalas di dunia dan sebagian di akhirat.
Jika hukum karma itu bermakna bahwa kondisi diri kita sekarang apakah
miskin atau sial itu karena perbuatan kita di kehidupan yang lalu
(dimana kita sendiri tidak tahu dan tidak ingat kita dulu berbuat
seperti apa dan hidup sebagai apa?) maka Islam menolak konsep ini.
Demikian pula jika hukum karma itu bermakna bahwa baik buruknya
perbuatan kita dalam kehidupan sekarang ini menyebabkan baik buruknya
kehidupan kita ketika dilahirkan kembali dalam kehidupan lain, maka
Islam juga menolak konsep ini. Karena semua orang yang mati akan masuk
alam barzakh (alam kubur) menunggu untuk dibangkitkan di yaumul akhir
dan tak ada yang namanya reinkarnasi. Wallahua’lam.
Source :www.seteteshidayah.wordpress.com